Mengenalkan Allah Kepada Anak Sejak Usia Dini

 

Terlahir sebagai orang muslim, sungguh merupakan nikmat yang luar biasa. Nikmat iman dan islam tidak dapat disetarakan dengan materi. Inilah yang akan membawa kebahagiaan hakiki untuk seorang muslim saat kembali kepada Rabb-nya.

Hidayah datangnya dari Allah, seorang Nabi yang mulia pun tidak dapat memberikan hidayah kepada keluarga yang dicintainya. Hanya usaha yang dapat dilakukan oleh seseorang muslim, agar Allah senantiasa memberinya hidayah dan petunjuknya dalam hidup ini. Seseorang menjadi muslim/ mu’min ada kalanya setelah melewati berbagai ujian hidup dan peristiwa religius dalam hidupnya. Sungguh beruntunglah orang-orang yang mendapatkan hidayah dari Allah.

Tugas utama seseorang yang telah menjadi muslim adalah memelihara keimanan di dadanya dan keimanan keluarganya yang lain. Jika keluarganya belum muslim, berdo’alah semoga Allah memberikan hidayah kepada yang lainnya. Peliharah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.

Bagaimana dengan anak-anak kita yang masih berusia balita?, Perlukah orang tua menanamkan keimanan di dadanya?

Tentu saja, orang tua harus berusaha menanamkan keimanan kepada anak-anaknya. Lebih cepat, lebih baik. Kenalkan kepada mereka tentang Allah sebagai Pencipta Alam Semesta ini, dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang mulia. Yang perlu kita lakukan, beri penjelasan kepada mereka tentang Sang Pencipta dengan bahasa yang mudah mereka pahami. Apa saja kewajiban seorang muslim, lakukan secara bertahap dan konsisten. Yang terpenting adanya teladan dari orang tua, maka anak pun akan melihat dan meniru ibadah yang dilakukan oleh orang tuanya.

Pengenalan tentang Allah, Rasulullah dan Al-Qur’an bahkan dapat dilakukan saat anak masih janin dan tertanam kokoh di rahim. Setelah ditiupkan ruh atas janin, maka pembelajaran pertama tentang keimanan sudah bisa dimulai. Sapalah janin dengan kalimah-kalimah thoyibah, bacaan Al-Qur’an dan do’a – do’a yang dilantunkan penuh harap dan kekhusyuan.

Saat bayi telah lahir ke dunia, pendidikan Tauhid masih terus berlanjut. Ajaklah bayi kita untuk mendengar Tilawah Qur’an dari Sang ibunda dan ayahanda. Bayi sudah mampu mendengar, melihat, merasa. Alangkah indahnya, jika suara yang pertama kali didengarnya adalah kalimah-kalimah suci dan bacaan al-Qur’an yang mulia. Jauhkanlah ia dari musik-musik yang tidak patut dan merusak akidah. Ajaklah ia setiap kali orang tua hendak sholat, percayalah ia akan meniru apa-apa yang diajarkan dan diperlihatkan oleh orang tua.

Tatkala bayi mungil telah semakin tumbuh, fisik dan kemampuan motoriknya, pelan-pelan ia akan meniru ibadah apapun yang kita contohkan padanya. Seperti gerakan sholat, seorang anak akan mencerna itu sebagai gerakan-gerakan yang sangat menarik untuknya. Ibu-ibu yang sholat saat anak masih kecil, mungkin pernah mengalami peristiwa yang unik ketika sholat. Anak yang duduk tepat di tempat kita sujud, atau mungkin ia berdiri di depan kita mengikuti gerakan-gerakan sholat. Subhanallah, bersyukurlah kalau anak kita menyukai gerakan-gerakan sholat, karena seiring usianya nanti, maka pemahaman dan perbaikan gerakan sholat akan mudah diajarkan kepadanya, dengan syarat orang tua konsisten mendidiknya dalam Tauhid.

Selain sholat, untuk mengenalkan tentang Sang Penciptanya, mari kita ajarkan ia untuk meniru ayat demi ayat dari al-Qur’an suci. Lidahnya yang masih suci , in sha Allah akan mudah mengikuti bacaan ayat-ayat tersebut. Seperti yang dituturkan oleh seorang ibu kepada saya, ia bercerita anaknya sudah terbiasa sholat saat usia dua tahun, meskipun baru beberapa waktu saja. Itu adalah bekal untuk kehidupannya di masa usia baligh, saat pahala dan dosa sudah mengenai dirinya. Teman saya tadi juga bercerita, ketika usia anaknya 4 tahun, anaknya sudah hafal sebagian besar dari bacaan sholat dan hafal beberapa surat pendek. Subhanallah, saya jadi ingin tahu apa dan bagaimana ia mendidiknya.

Menurutnya, yang terpenting adalah uswah hasanah yang kontinyu dari orang tua. Jangan pernah merasa bosan untuk mendampinginya, mengajari dan mendidiknya tentang ketauhidan. Tauhid yang pertama kali diajarkannya. Mendidik anak menjadi sholeh/ sholehah bukanlah tidak ada hambatan. Ada kalanya anak merasa jenuh dengan rutinitas ibadah, itu adalah hal yang wajar, karena mereka mash kecil, belum paham apa hakikat dari ibadah itu. Ketika anak ngambek/ mogok tidak mau sholat dan malas mengaji, janganlah terus menerus dimarahi, karena sesunggunya kewajiban ibadah belum sampai kepada mereka. Di sinilah perlunya kesabaran diiringi do’a yang tulus agar diberi kemudahan dalam mendidik anak.

Manusia harus terus berusaha, berdo’a untuk kebaikan anak-anaknya. Di saat usianya semakin bertambah, orang tua bisa berdialog dengan anak, tentang alam, dan akhirnya dikaitkan kepada Yang Maha Pencipta. Anak pasti bertanya:

Siapa Allah? Di mana Allah? Seperti apa Allah? Bisakah kita melihatnya? Dan pertanyaan kritis lainnya.

Alhamdulillah, saya juga pernah menerima pertanyaan kritis tersebut, tapi saya berusaha tidak panik dan mengalihkan pembicaraan. Saya berusaha menjawabnya dengan tenang, saya jelaskan “ Allah adalah yang menciptakan seluruh makhluk dan alam semesta beserta isinya ini, Allah Maha Melihat namun tidak dapat kita lihat, Allah sangat dekat.

Seperti firman Allah dalam QS.Al-Baqoroh ayat 186.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Saya analogikan untuk ia,

( anak usia balita namun pemikirannya sudah siap menerima informasi yang lebih banyak ),

Saya :” Siapa yang membuat meja ini?”

Anak:” Orang”

Saya:” Meja dengan orang yang membuatnya sama gak bentuknya?” ( seraya tersenyum menatapnya )

Anak:” tentu tidak, meja kan kaya gini, kalau orang kan ada mata, tangan kaki dan anggota badan lain”.

Saya:”Kalau begitu, kira-kira Allah sama gak dengan kita yang diciptakannya?”

Anak:”Allah tidak sama dengan kita lah”.

Saya:”Bagus, Allah hanya minta kita untuk memikirkan alam ini, bukan memikirkan Allah, karena otak kita tidak akan mampu. Yuk kita belajar alam!”

Anak:”Ayo, tapi Allah melihat kita kan Bunda?”

Saya:” Allah Maha Melihat, sayang.”

Itulah dialog yang pernah saya lakukan dengan anak saya. Alhamdulillah, setelah itu dia tidak pernah bertanya di mana Allah dan seperti apa wujudnya, karena sudah tertanam di otaknya, bahwa yang harus dipikirkan adalah ciptaan Allah. Alhamdulillah, ia juga sudah menyatakan bahwa syaithan adalah musuhnya, yang harus dilawan.

Pendidikan Tauhid akan terus berlanjut, untuk memperkuat keimanan dan keyakinannya kepada Robbul ‘Alamiin. In sha Allah.

Kebenaran mutlak datangnya dari Allah Subhanahu Wata’ala.

  ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَآ إِنَّنَآ ءَامَنَّا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ  

Artinya: “Ya Tuhan, sungguh kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami, dan selamatkanlah kami dan siksa neraka:” (QS. Âli ‘Imrân: 16).

Sumber :
  • Al-Qur’an Online
  • Munsyipedia
  • Buku Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, karangan Choiruddin Hadhiri SP.
  • Buku Tafsir Seper sepuluh dari Al-Qur’anul Karim

One thought on “Mengenalkan Allah Kepada Anak Sejak Usia Dini”

Please share your minds with me! Thank you!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s